Jumat, 13 Januari 2012

KAPAL RONGSOKAN GANGGU WISATAWAN

Pelabuhan Probolinggo menjadi
salah satu gerbang wisata Jawa Timur
tetapi ada kendala di kolam

Probolinggo, Jatim (portnews)
            TAMAN Nasional Bromo-Semeru-Tengger, merupakan mempunya daya tarik bukan saja bagi wisatawan nusantara (wisnus), tetapi juga wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Jawa Timur menggunakan kapal cruise. Dalam beberapa kali kunjungan, kapal-kapal mewah tersebut tak memilih sandar di Pelabuhan Tanjung Perak tetapi berlabuh di depan perairan Pelabuhan Tanjung Tembaga Probolinggo.
            ”Probolinggo harbour is near from Madura or Bromo tourist object” tutur Ms. Jane Kort (67), wisman asal Australia yang beberapa waktu lalu berkunjung ke Gunung Bromo.
            Kapal cruise yang mengangkut wisman memang harus berlabuh di lepas pantai tak jauh dari pelabuhan yang hanya memiliki kedalaman kolam -2 meter LWS, untuk kemudian mendaratkan penumpang dengan sistem reede transport menggunakan sekoci-sekoci khusus yang sudah dipersiapkan oleh operator kapal. Untuk mendarat, mereka melalui ponton yang tersedia di pelabuhan.
             ”Dengan adanya kunjungan kapal cruise, memang membuka peluang untuk meraih pendapatan bagi Terminal Operator PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Probolinggo, yang berasal dari biaya labuh kapal dan pas penumpang. Namun saat ini masih terdapat kendala dalam melayani kapal-kapal pengangkut wisatawan tersebut, yaitu dari fasilitas dermaga yang kurang memadai serta kondisi kolam yang dangkal” ungkap General Manager  Pelabuhan III Cabang Probolinggo Pudjianto S.Sos, MM kepada portnews di Tanjung Tembaga kemarin (Kamis, 12/01/2012).
            Menurut GM yang memiliki pengalaman tugas di Pangkalan Bun dan Bima tersebut, selain dangkalnya kolam pelabuhan, di lokasi tersebut juga terdapat rongsokan kapal LCT ”Bonarate” milik PT Selayar Utama. Kapal besi dengan ukuran 300 GT tersebut merupakan sitaan Pemprov sulawesi Selatan yang rusak di Pelabuhan Probolinggo dan dibiarkan mangkrak sejak tanggal 25 Januari 2005. Keberadaan rongsokan kapal yang berada di talud barat pelabuhan tersebut mengakibatkan penyempitan di areal kola, hingga sekoci-sekoci pengangkut wisman mengalami kesulitan dalam berolahgerak.
            Fihak Terminal Operator telah berulang kali melakukan koordinasi dengan Kantor Administratur Pelabuhan Probolinggo selaku perpanjangan tangan Otoritas Pelabuhan yang merupakan regulator, tetapi sampai dengan diturunkannya berita ini belum ada langkah konkret dalam mengevakuasi rongsokan kapal tersebut. Ujar Pudjianto mengakhiri keterangannya: ”Kalau kami mau menerapkan aturan secara ketat, penempatan bangkai kapal di kolam pelabuhan seperti itu bisa kami kenakan biaya tambat, yang jumlahnya akan cukup besar mengingat sudah berjalan lebih dari 15 tahun. Tetapi karena pemiliknya sendiri sudah tak mau mengurus, sebaiknya dengan mempertimbangkan keamanan pelayaran, rongsokan kapal yang telah menjadi besi tua itu segera dievakuasi”. (rx)***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar